Kecerdasan Buatan, Anugerah atau Ancaman?

Raya Adhary
6 min readMay 9, 2023

--

God Reaching Out To Robot

Kecerdasan Buatan atau yang lebih dikenal dengan Artificial intelligence disingkat AI menjadi topik yang sangat menarik dan populer dikhalayak umum dalam beberapa tahun terakhir. AI adalah sebuah teknologi yang bisa melakukan tindakan seperti Manusia, termasuk mengambil keputusan, berpikir, dan berinteraksi. Alhasil, AI dapat mengakomodir berbagai bidang pekerjaan yang dilakukan oleh Manusia, dari bisnis hingga pemerintahan, entah membantu atau bahkan menggantikannya.

Artificial Intelligence merupakan ilmu pengetahuan dibidang komputer yang dibutuhkan untuk menjadikan intelegensi software-software dalam komputer lebih maju. (Waterman, 1986)

Alan Turing

Sejarah Kecerdasan Buatan, saat istilah kecerdasan buatan masih asing didengar. Pada awal tahun 50an, sistem komputer pertama sedang dibuat. ide-ide tentang membuat mesin cerdas maka mulai menyusul. Alan Turing seorang penemu cikal bakal komputer, berpikir bahwa apakah sebuah mesin bisa membantu berbagai keperluan dan mempunyai kemampuan untuk berpikir. Dimana sebelumnya Turing telah membuat sebuah konsep universal abstract machine atau yang lebih dikenal dengan Turing Machine, sebuah mesin sederhana yang dapat menyelesaikan persoalan matematika. pada percobaannya yang disebut Turing Test, jika mesin dapat menipu manusia, maka ia juga manusia, ditaraf ini mesin dan manusia sulit untuk dibedakan, salahsatu cara untuk berpikir tentang Turing Test adalah melakukan komunikasi dengan agen lain menggunakan keyboard. Pertanyaan diajukan oleh agen lewat teks tertulis, dan jawaban diberikan melalui terminal. Tes ini menyediakan cara untuk menentukan apakah kecerdasan telah diciptakan. Mempertimbangkan tugas yang ada, rekan cerdas tidak hanya harus berisi pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan komunikasi secara cerdas tetapi juga harus mampu menjelaskan dan mengerti serta menghasilkan respon yang natural. Pertanyaannya mungkin melibatkan keterampilan penalaran seperti menyelesaikan masah, jadi meniru sifat manusia menjadi sebuah kemajuan besar dalam teknologi sebuah mesin.

Realisasi penting Turing selama periode ini adalah memulai dari yang kecil dan menambahkan kecerdasan, daripada mengharapkan terwujud. Turing mengusulkan apa yang disebutnya Child Machine dimana agen yang kurang cerdas aka dibuat dan kemudian menjalani program pendidikan. Daripada berasumsi bahwa kita dapat membangun kecerdasan orang dewasa, kita dapat membangun kecerdasan anak terlebih dahulu dan kemudian memasukkannya dengan pengetahuan. Gagasan untuk memulai dari yang kecil dan pada level yang lebih rendah ini sesuai dengan ide-ide selanjutnya. Otak manusia itu kompleks dan tidak sepenuhnya dapat dipahami, berusaha keras menirunya justru akan semakin sulit untuk tahap awal maka turing memulai hal yang lebih kecil yaitu pada anak. Turin menyebut ini sebagai lembaran kosong.

Seorang anak seperti buku catatan yang penuh dengan lembaran kosong, tetapi merupakan suatu mekanisme dimana pengetahuan disimpan. Pada akhirnya kehidupan Alan Turing berakhir pada usia muda, tetapi dia dianggap sebagai pionir dalam bidang kecerdasan buatan. Pada awalnya pekerjaan Kecerdasan Buatan difokuskan pada seperti permainan gim, audio dengan pengetahuan, dan permainan catur. layaknya catur ketentuan di dunia nyata sangat kompleks dan memiliki banyak aturan yang jelas, maka hal ini yang membuat kecerdasan buatan perlu menyelesaikan persoalan-persoalan yang sulit, yang pada mulanya dicoba untuk membuktikan teorema matematika.

Kini para perusahaan teknologi besar sedang saling perang eksistensi untuk membuktikan teknologi siapa yang paling canggih, siapa yang paling banyak digunakan dan siapa yang akan mengalahkan siapa. sebut saja Microsoft yang telah sekian lama dipecundangi oleh Google dalam hal mesin pencari, kini telah menyuntikkan lanjutan teknologi chat-gpt besutan Open-Ai dalam mesin pencarinya (Bing) di perambannya (edge), ini akan berpotensi membunuh Google dan Chrome dalam satu tembakan.

Dalam jangka waktu lebih singkat, kerja sama antara kedua perusahaan sudah melahirkan banyak produk. Selain Bing, Microsoft telah mengumumkan pemanfaatan AI untuk menulis notula rapat secara otomatis di Teams serta untuk menulis balasan email. bahkan kedepannya Microsoft akan menambahkan AI pada perangkat lunak yang telah dibuat sebelumnya.

“Teknologi ini akan mengubah nyaris semua hal di kategori perangkat lunak” (CEO Microsoft Satya Nadella)

Bak pedang bermata dua, AI menjadi teknologi yang bisa memberikan manfaat namun juga bisa merugikan. Bagaimana tidak, dalam hal manfaat, sebut saja teknologi sekaliber chat-gpt yang telah disebutkan tadi, dalam hitungan detik dapat menjawab berbagai macam pertanyaan, menyelesaikan perhitungan matematika yang kompleks, dan memberikan solusi pada sebuah kode yang error, tapi berbagai kemudahan yang mungkin kita dapatkan dari chat-gpt memiliki konsekuensi yang cenderung bisa merugikan tadi, seperti berketergantungan terhadap layanan yang memanjakan tersebut, hal itu yang seperti candu. Kita akan cenderung mengambil jalan pintas terkait permasalahan yang sedang kita alami, ada tugas dari Dosen tanya AI, ada permintaan dari Klien tanya AI, semua masalah tinggal tanya AI. Semua terasa mudah dilakukan dan diselesaikan, tapi dampaknya kita menjadi semakin malas akan kian mudahnya teknologi, hadirnya AI menjadi pesaing besar bagi teknologi lain dan bahkan manusia.

Kekhawatiran yang sudah nampak di depan mata adalah AI dapat menggantikan pekerjaan manusia, meskipun adanya AI juga bisa menciptakan pekerjaan baru, tapi lapangan pekerjaan yang diciptakan tak sebanding dengan yang digantikan oleh AI. memang, dalam bidang industri AI menjadi hal yang sangat paripurna, dapat meningkatkan produktivitas, efesiensi, dan mengurangi biaya. AI dapat bekerja sebagai apapun dan ditempatkan dimana pun dengan ketelitian dan keakuratan yang tinggi, tentunya penerapan AI sangat amat membantu keberlangsungan sebuah industri untuk mempercepat proses produksi dan menjaga konsistensi kualitas dari hasil produksi. ini yang akan disukai oleh para pemilik industri, mereka akan mengejar keuntungan sebanyak banyaknya yang dibantu oleh AI dan tidak akan peduli dengan nasib manusia yang pekerjaannya akan digantikan oleh AI.

AI juga memiliki banyak masalah yang serius, seperti pelanggaran privasi, deepfake, pencurian data, kesenjangan sosial, juga penyalahgunaan. ini kenyataan ironis dimana teknologi yang manusia ciptakan justru menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup manusia. banyak dari kita yang menerima begitu saja kepintaran yang dimiliki oleh AI dan mengglorifikasikannya bahwa ini adalah sebuah teknologi yang memajukan peradaban umat manusia, tanpa pernah kita berpikir bahwa ini mengubah pikiran, persepsi, dan emosi kita. belum lagi masalah kemalasan kita dalam hal mengoreksi dan mengevaluasi jawaban yang AI berikan, kini kekritisan kita kian krisis, dan kita berdalih atas nama netralitas mesin yang kita ciptakan. AI selayaknya teknologi lain yang memiliki kesalahan, AI masih mengandung bias sehingga tidak dapat sepenuhnya dapat diandalkan saat proses pengambilan keputusan, terbukti saat sistem pengenalan wajah diberlakukan di Amerika, teknologi tersebut mengalami kesulitan untuk mengenali wajah yang gelap, ketika AI telah diatur menjadi rasis, maka AI bisa menjadi rasis. kamera dipasang sebagai alat bantu keamanan untuk mendeteksi orang-orang yang dicurigai sebagai pelaku kejahatan, hasilnya, banyak kesalahan terjadi terutama orang yang memiliki kulit berwarna, kamera mengindikasikan bahwa orang-orang tersebut pelaku kriminal. warga kulit berwarna ditahan hanya karena AI menuduhnya sebagai kriminal, yang ternyata salah. namun tidak ada pengecualian bagi para aparat untuk tetap menahannya dan tetap mempercayai sistem tersebut. alih-alih mengevaluasi sistem yang cacat.

“Pada akhirnya, kita akan dijejali oleh berbagai produk cerdas yang tak lagi menuntut kecerdasan. Dicekoki dengan mesin berpikir yang tak lagi mengharuskan kita untuk berpikir” (Rianto Astono)

Mungkin nantinya kita akan terbangun hingga tertidur menyaksikan AI bekerja, dan tak khayal kita menjadi budaknya. Dalam hal ini kita perlu mengawasi teknologi kecerdasan buatan akan bertindak sejauh mana, agar kita masih dapat mengontrolnya dan mengatur dampak yang ditimbulkan, mengingat perlu adanya regulasi yang ketat dilakukan oleh Pemerintah, disini Masyarakat juga perlu ditingkatkan kesadarannya tentang Kecerdasan Buatan dan dampaknya, dan yang terpenting adalah bukan hanya menciptakan teknologi yang mementingkan kemajuan ekonomi atau mendapatkan keuntungan pribadi, tapi teknologi yang dapat membantu memecahkan permasalahan bersama, seperti sosial, hukum, dan lingkungan.

Referensi :
Shely Cathrin (2019). TEKNOLOGI DAN MASA DEPAN OTONOMI MANUSIA: SEBUAH KAJIAN FILSAFAT MANUSIA. [online] FOUNDASIA. Available at: https://www.semanticscholar.org/paper/TEKNOLOGI-DAN-MASA-DEPAN-OTONOMI-MANUSIA%3A-SEBUAH-Cathrin/74e6477f3a1b0ad26c3b7db9efb14b55275f50c6

Stmikjayakarta.ac.id. (2023). View of Analisa Pengaruh Implementasi Artificial Intelligence Dalam Kehidupan Manusia. [online] Available at: https://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisicom/article/view/616/421

Rianto Astono (2023). BABAK BARU: AI — Kemajuan AI, Kemusnahan Manusia. YouTube. Available at: https://www.youtube.com/watch?v=yVrLflh3Ebk.

Rianto Astono (2023). BABAK BARU: AI — Dehumanisasi. YouTube. Available at: https://www.youtube.com/watch?v=RO491RSsuj0&list=TLPQMjYwMzIwMjP4RaZ5zOjTTg&index=2

Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin | Universitas Airlangga. (2023). ChatGPT: Anugerah atau Bencana di Era Industri 4.0? — Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin | Universitas Airlangga. [online] Available at: https://ftmm.unair.ac.id/chatgpt-anugerah-atau-bencana-di-era-industri-4-0/

(Artificial Intelligence Untuk Pemula, n.d.)‌

--

--

Raya Adhary

Seorang yang sok tahu akan hal remeh temeh yang seharusnya tak perlu dipikirkan.